Thursday, 13 August 2015

5 Pelajaran Penting Saat Mengambil Keputusan Sulit Dalam Hidup

Pergi ke Australia akhir Februari lalu merupakan keputusan tidak mudah yang harus saya ambil. Tapi ternyata, saya belajar banyak mengenai diri sendiri dan mengenai betapa luar biasanya Alam Semesta bekerja.
Seringkali hidup menghadiahkan kita saat di mana kita harus membuat keputusan yang tidak mudah. Untuk mengambil sebuah langkah, banyak pertimbangan yang kita pikirkan: kemampuan diri sendiri, kondisi keuangan, keluarga dan orang sekitar, kesehatan dan usia, waktu, keuntungan yang mungkin diraih, dan banyak lainnya.
Kita mungkin menyangka hal-hal tersebut bisa menghambat masa depan kita, tapi sebenarnya hambatan yang terutama ada dalam pikiran kita sendiri.
Keputusan untuk meninggalkan “keamanan rumah” dan pergi selama 1,5 bulan memberikan saya beberapa pelajaran BESAR dan PENTING dalam hidup.
Bukan diri sendiri yang kurang kompeten, bukan uang yang kurang berlimpah, bukan kenalan yang kurang banyak, juga bukan usia yang terlalu muda atau waktu yang terlalu singkat. Itu semua hanyalah ilusi dalam pikiran kita. Mereka tidaklah nyata.
Mengambil langkah sulit dalam hidup membuat saya bertemu muka dengan diri sendiri dan inilah lima hal yang dapat saya bagikan kepada kita semua setiap kali kita dihadapkan pada kondisi serupa:
1. Tahu tujuannya
Kalau kamu ingin pergi, kamu harus tahu ke mana kamu hendak pergi. Dengan adanya tujuan/ motivasi/ target yang jelas, bisa kita pastikan langkah yang kita ambil tidak akan melenceng. Sebelum membuat keputusan, tanyalah kepada diri sendiri: apa langkah ini membuat saya semakin dekat dengan tujuan saya?
Tujuan saya pergi bukan sekedar untuk menghadiri kelas lanjutan QHHT (Quantum Healing Hypnosis Therapy). Saya pergi supaya bisa menjadi pelayan yang lebih mumpuni, sehingga kemudian bisa menjadi saluran cinta dan cahaya bagi siapapun di sekitar saya. Tujuan saya sangat pasti dan sangat jelas.
2. Mulailah sebelum kamu siap
Kamu tidak akan pernah merasa benar-benar siap. Jadi, mulailah saja. Dengan mengatakan “ya” pada sesuatu yang baru, seluruh dirimu mau tidak mau akan naik ke jenjang berikutnya dan akan siap juga pada akhirnya. Ketakutan hanya terasa nyata bagi mereka yang belum mengambil langkah.
Walaupun belum sepenuhnya siap, tentu saya harus memulai dengan persiapan. Namun, ketika saya mengatakan “ya” kepada dunia, energi dalam diri saya telah berkobar. Saat itu jugalah, proses manifestasi telah bekerja.
3. Hidup dengan penuh keyakinan!
Kerjakan SEGALA hal dengan keyakinan bahwa kita sedang memenuhi panggilan jiwa kita di dunia ini. Bersiap-siaplah selalu sehingga nanti kita siap ketika hal yang lebih besar dihadiahkan kepada kita.
Saya yakin 100% terhadap misi hidup saya dan terhadap para ilahi. Karena itulah, walaupun lewat kacamata manusia kondisi saya seakan terbatas, keyakinan membuat saya BERANI melampaui batas diri sendiri dan di sinilah kemudian saya menemukan kekuatan saya yang sesungguhnya.
4. Biarkan keberlimpahan mengalir melaluimu
Ketika kamu tahu siapa dirimu yang sejati, kamu tahu bahwa segala hal menjadi memungkinkan. Kita adalah bagian dari Tuhan dan Alam Semesta yang luas dan luar biasa.
Saya berkata kepada diri sendiri untuk tidak membiarkan ego (pikiran sadar) saya menghalangi keberlimpahan yang bisa terjadi. Saat saya berhasil memeluk rasa takut dan menyadari keilahian dalam diri sendiri, saat itu jugalah segala pintu kemudahan terbuka.
5. Lakukan yang terbaik, lalu berserah apapun hasilnya.
Kepahitan dialami ketika kita melekat pada hasil, ketika kita merasa sudah sepantasnya kita mendapatkan imbalan/ kesuksesan dari hasil kerja keras kita. Namun, apabila kita berserah, kita menjadi bebas.
Saya memiliki segalanya, dan di saat bersamaan, saya menyadari bahwa tidak ada yang benar-benar menjadi milik saya. Bukan saya yang penting, tapi karyanya yang penting. Dengan demikian, saya bekerja dengan seluruh kemampuan yang saya miliki, tapi kemudian saya persembahkan segala usaha dan hasilnya kepada Semesta.
Dan… Saya juga berhasil memenuhi beberapa impian dalam kepergian saya kali ini. Yeayyy!!!
Salah satunya adalah bertemu dengan Julia Cannon, penulis buku “Soul Speak” dan putri dari Dolores Cannon, salah satu hypnotherapyist danpast life regressionist terbaik di dunia dengan lebih dari 17 buku yang membahas kehidupan masa lampau, kehidupan setelah kematian, makhluk luar angkasa, relawan bagi Dunia Baru, dan banyak topik menarik lainnya. Sesuatu yang awalnya terasa tidak mungkin kini telah menjadi mungkin!
Everything happens for a reason. I believe in it and that’s why I know our “meeting” here is more than just a coincidence.

Saturday, 8 August 2015

Doa

Doa adalah titik embun yang menjelma cahaya, manakala mimpimu gulita atau harapan tak menemukan jalannya. 

5 Manfaat mengejutkan yang didapat dari melamun

Merdeka.com - Kata orang melamun itu aktivitas buat mereka yang kurang kerjaan. Sangat tidak produktif dan cuma membuang-buang waktu. Bahkan bisa bikin kesurupan.

Benarkah melamun cuma kegiatan yang tidak punya manfaat positif? Jangan salah, melamun juga bisa memberikan sejumlah kebaikan, kok. Berikut ini ulasannya yang kami rangkum dari Lifehack.

Manfaat 1: Mengaktifkan sekaligus mengistirahatkan otak

Melamun memberikan kesempatan bagi dua bagian dalam otak kita untuk aktif secara bergantian.

Ada dua sistem dalam otak kita, yaitu bagian yang bertugas dalam aktivitas pengambilan keputusan dan bagian yang berfungsi untuk merasakan empati. Dalam keadaan normal, hanya salah satu bagian saja yang lebih aktif. Tetapi dengan melamun, kedua bagian tersebut akan aktif secara bergantian.

Manfaat 2: Membangkitkan kreativitas

Ketika kita sedang melamun, benak kita menjelajahi berbagai bagian dalam otak, mengumpulkan berbagai informasi, dan menciptakan koneksi dari informasi-informasi yang tidak terhubung tersebut. Dengan kata lain, melamun membangkitkan gagasan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Bahkan seniman terkenal seperti JK Rowling dan Woody Allen mengaku mendapatkan inspirasi untuk karya-karya mereka lewat lamunan.

Manfaat 3: Melatih otak

Ahli Neuroscience Dr. Muireann Irish mengatakan kalau lamunan adalah hasil dari proses pemikiran kompleks yang melibatkan beberapa bagian otak sekaligus. Dengan kata lain, melamun bisa menjadi salah satu cara untuk mengasah ketajaman otak kita.
Manfaat 4: Meningkatkan memori jangka pendek

Melamun tak hanya bisa membangkitkan kreativitas. Aktivitas ini ternyata juga bisa memperbaiki memori kerja kita.

Memori jangka pendek melibatkan kemampuan otak untuk menyimpan dan memanggil kembali informasi pada saat pikiran terdistraksi. Riset yang dilakukan University of Wisconsin dan Max Planck Institute for Human Cognitive and Brain Science menunjukkan korelasi yang tinggi antara melamun dan aktivitas memori kerja.

Manfaat 5: Menyehatkan tubuh

Melamun setara dengan hipnotis. Melamun sama dengan memerintahkan otak untuk menurunkan level stres. Tingkat stres yang rendah ini kemudian berdampak secara fisiologis pada kesehatan seluruh tubuh.

Itulah beberapa manfaat dari melamun yang perlu kamu ketahui. Tetapi harap diingat, lamunan yang bermanfaat untuk otak dan tubuh adalah lamunan yang bersifat positif. Kalau yang kamu lamunkan adalah pikiran-pikiran negatif, bukan manfaat, tetapi justru efek negatif yang kamu dapatkan.

Oleh : Tantri Setyorini

Friday, 7 August 2015

Pada Lebaran Tahun Ini, Aku Menyadari Bahwa Dendam Telah Menghapus Rezekiku

Jika bagi orang lain momen Lebaran identik dengan sukacita, Bagi saya momen Lebaran selalu pilu. Meski saya dan keluarga merasa menang dari puasa Ramadan yang kami jalani, tapi bagi keluarga besar ayah saya, kami selalu menjadi yang paling kalah.
Saya anak kedua dari lima bersaudara, dan satu-satunya anak perempuan. Ayah saya 10 tahun terakhir tidak memiliki pekerjaan tetap karena kurang modal pada profesinya terdahulu sebagai supplier barang ke hotel. Kini Beliau hanya sering membantu teman menjual properti untuk mendapat komisi. Sedangkan ibu saya hanya ibu rumah tangga biasa. Ibu saya dahulu adalah guru, namun seiring bertambahnya anak, ayah saya menghendaki ibu di rumah saja.
Keuangan yang tidak pernah stabil membuat keadaan pendidikan saya dan saudara-saudara saya selalu di ujung tanduk. Semua dari kami semua (berlima, tanpa terkecuali) pernah merasakan tidak diizinkan ujian karena menunggak spp. Dan kami semua pernah merasakan ijazah ditahan pihak sekolah karena hingga hari kelulusan tunggakan belum juga dilunasi.
Segala usaha dilakukan ayah dan ibu saya agar kami semua bisa lulus dan kuliah hingga sarjana. Mulai dari cari pekerjaan tambahan hingga meminjam uang di keluarga sudah pernah dilakoni. Namun keluarga ayah saya menganggap rendah usaha ayah saya. Seringkali ayah tidak dipinjami dengan alasan tidak logis, bahwa dulu, saat ayah saya masih muda, beliau lebih banyak menghabiskan uang kakek saya. Entah kenapa banyak yang tidak menyukai ayah saya, mungkin karena dulu beliau yang paling disayang kakek saya.
Tidak hanya itu, setiap Lebaran dan kami berkumpul di rumah kakek saya (kakek saya sudah meninggal, rumah itu ditinggali oleh 7 saudara ayah yang semuanya tidak menikah) kami disindir dengan kalimat-kalimat :
Kalau nggak mampu sekolah ya nggak usah sekolah, kerja aja dulu,”
Liat tuh anak tante Sasa, dia pintar ranking 1 terus, pasti lulus SMA dapat beasiswa, kalau kayak kamu cari kuliah biasa gini kan susah,”
Anaknya tante Anti tuh cantik, makanya sering main iklan jadi udah bisa cari duit sendiri,”
Belum lagi tuduhan bahwa kami sombong, karena beberapa kali Lebaran kami tidak ke rumah kakek. Padahal sesungguhnya pada saat itu kami Lebaran tanpa ada uang untuk ongkos dan hanya ada uang untuk makan hingga liburan usai. Dan selama beberapa kali Lebaran itu pula, meski mengetahui ayah saya dalam kesulitan, tidak ada satupun dari 10 saudaranya yang berkunjung ke rumah.
Dendam Itu Masih Saya Rasakan
Saat ayah sakit keras hingga hanya bisa buang air di kasur, tetap tidak ada satupun saudaranya yang menjenguk. Bagi saya, ayah saya sudah tidak dianggap, rasa dendam muncul di hati saya. Puncaknya suatu hari salah satu tante menelpon sambil memaki saya, bahwa ayah saya belum membayar hutangnya. Dengan ganasnya ia memaki ayah saya, yang tidak lain adalah kakaknya sendiri. Dia juga mendoakan kami sekeluarga agar terkena azab.
Saya hanya bisa terdiam kemudian menangis setelah menutup telepon. Sungguh saya tidak terima dan menjadi bertambah dendam pada saudara-saudara ayah saya. Sejak hari itu saya bertekad untuk sukses dan mendukung adik-adik saya untuk bisa berdiri di atas kakinya sendiri, tanpa harus minta bantuan siapapun.
Allah selalu mendengar doa kami. Dua adikku mendapat beasiswa kuliah dan seorang lagi kuliah sambil bekerja. Kakak saya mampu menikah dengan uangnya sendiri. Dan saya, setelah 6 tahun perjuangan pindah kuliah dan mengulang pendidikan di kampus kedinasan hingga akhirnya mampu memiliki pekerjaan di Indonesia bagian timur dan bisa menopang makan dan kos adik-adik saya. Tapi dendam saya belum hilang.
Rezeki Yang Saya Kumpulkan Habis
Menjelang Ramadan tahun ini, saya bekerja keras dan mengambil banyak pekerjaan tambahan demi honor lebih. Tujuannya agar saat Lebaran punya ongkos ke rumah kakek saya, terbalut busana yang tidak kalah mewah dengan keluarga yang lain, dan bisa bercerita dengan lantang pencapaian kami.
Tetapi anehnya, semakin saya berusaha, uang yang saya butuhkan justru habis untuk hal-hal tidak terduga. Adik saya mendadak masuk rumah sakit beberapa minggu, dan kakak ipar saya butuh tambahan uang untuk kelahiran keponakan saya. Ditambah beberapa minggu sebelum itu, motor adik pertama saya hilang diambil maling. Banyak uang honor yang tertunda dan uang tabungan saya terus menipis.
Saya begitu kecewa dengan keadaan saat itu. Kenapa setelah berusaha keras, hasilnya justru tidak bisa saya lihat. Memasuki Ramadan saya sedikit lunglai. Karena yang ada di kepala saya hanya bagaimana agar saat hari Lebaran nanti kami tidak lagi direndahkan.
Di situ saya mulai menata pikiran, fokus dan khusyuk ibadah. Saya menambah amalan-amalan ibadah saya di Ramadan tahun ini dan lebih banyak bersedekah. Di tengah-tengah doa saya yang tidak pernah terputus setelah salat, saya baru menyadari, dendam dan niat saya yang tidak lurus lah yang membuat rezeki saya begitu sempit, sekeras apapun saya berusaha.
Saya seperti baru tersadar apa makna Lebaran sebenarnya, dan bahwa memaafkan adalah mutlak hukumnya jika ingin hidup tenang. Saya tidak lagi meneruskan ‘misi’ saya untuk 'pamer' pada Lebaran kali ini. Sebaliknya, saya meneruskan ‘misi’ pribadi saya untuk terus memaafkan dan melupakan dendam saya.
Rezeki yang berkah memang datang di saat yang tepat. Menjelang Lebaran, berbagai dana yang tertunda akhirnya datang tanpa halangan. Saya bisa pulang, dan saya bisa ke rumah kakek saya, bertemu seluruh saudara ayah saya yang mungkin masih melecehkan kami. Saya tidak peduli, karena kami datang bukan untuk memamerkan diri dan berteriak lantang, tapi untuk unjuk gigi dari kekuatan memaafkan.

Ketika Aku Masih Pengangguran dan Teman-Teman Punya Pekerjaan Hebat

Hari ini tepatnya 1,5 tahun aku diwisuda, dan sekarang saatnya temu kangen dengan teman-teman akrabku atau bisa dipanggil dengan besties. Wina, Susi, Feri dan Puteri, mereka adalah sahabat-sahabatku sewaktu duduk di bangku kuliah. Wina sekarang sudah bekerja di kantor pemda, Susi bekerja di bagian administrasi perusahaan swasta bergengsi, Feri meneruskan usaha ayahnya bidang pertanian dan perikanan, dan Puteri menjadi ibu rumah tangga sekaligus memiliki home industry. Mereka hebat-hebat bukan? 

Memang dari dulu kami bersepakat untuk menjadi sosialita, tapi sayang sekali, aku sampai saat ini masih menyandang status “pengangguran”. Padahal, dibanding sahabat-sahabatku dulu, akulah yang paling menonjol di bidang akademik, aku yang paling sering membuatkan tugas untuk mereka dan aku yang paling rajin masuk kelas. 

Antara senang dan malu bercampur. Senang akhirnya bisa berkumpul kembali, dan malu karena statusku yang sampai saat ini masih belum mempunyai pekerjaan tetap. Perasaan takut di-bully pun muncul sejenak di pikiranku. Ah sudahlah.. aku akan tanggung risikonya. Yang penting adalah niat untuk bersilaturrahmi. 

Akhirnya kami pun berkumpul di sebuah kafe. Canda tawapun dimulai. Suasana akrab dan nostalgia selama kuliah pun terasa. 1 jam berlalu, dan dimulailah bullying yang sudah kuprediksi sebelumnya. Feri melontarkan ejekannya untuk sang “Sarjana pengangguran”. Wina, Susi dan Puteri pun menambahi. “Hey hey.. kasian nih pengangguran”, “Wah beda ya, belum modis kalau masih pake duit orangtua”, “Enggak bosen apa nganggur di rumah terus”, ”Udah jomblo, nganggur lagi”. 

Begitulah guyonan mereka terhadapku. Sempat tersinggung, tapi niat mereka cuma membuat lelucon agar suasana lebih hangat kok. Mendengar kalimat-kalimat mereka, aku tidak bisa tinggal diam, karena aku tidak sepenuhnya menganggur begitu saja. Aku jelaskan apa sebenarnya pekerjaanku selama dicap sebagai pengangguran.

Wina jam berapa kamu bangun pagi?” tanyaku kepada Wina
 
“Jam setengah 6, kadang jam setengah 7 kalau kesiangan,” jawab Wina

“Feri, seberapa sering kamu melakukan salat duha dan tahajud?”

“Yah boro-boro, neng, waktu duha sibuk kerja, tahajud udah ngantuk karena siangnya lelah bekerja,” jawab Feri.

“Kalian tidak tahu kan betapa seringnya saya berdoa selama 1,5 tahun ini demi sebuah harapan yang belum juga datang? Waktu sepertiga malam aku bangun untuk berdoa, setelah itu membaca ayat suci hingga adzan subuh terdengar. Salat 5 waktu di waktu awal, waktu duha aku berdoa lagi. merasa sayang sekali rasanya jika aku meninggalkan waktu-waktu utama untuk berdoa. Inilah kehidupanku pasca wisuda, sebelumnya mana pernah aku setaat itu kepada Sang Pencipta. Dan mungkin tidak bisa kalian lakukan karena jadwal kalian sangat padat,”. 

“Wina, Susi, Feri dan Puteri Tersayang, Tuhan telah memberikan rezeki untuk setiap makhluknya dengan jalan yang berbeda-beda. Kita tugasnya untuk mengejarnya. Kalau kalian baru mengejar sebentar saja sudah dapat, maka memang jalan kalian seperti itu. Tapi jalanku berbeda, kawan. Mungkin penilaian Tuhan, aku lebih sabar dari kalian. Dan masa pengejaran ini masih berlangsung. Tapi kalian tidak tahu kan bahkan saya yang kalian jugde sebagai pengangguran ini lebih sibuk dari kalian. Bukan soal pekerjaan duniawi, tapi aku sibuk berdoa setiap hari bahkan setiap detik karena masih mengharapkan keinginan yang belum Tuhan kabulkan," 

"Walaupun aku belum bisa bersedekah dengan uang, aku bisa bersedekah dengan sibuk mencari orang yang butuh bantuan untuk aku tolong. Misalnya, aku sempat menjaga keponakanku diopname saat semua orang rumah sibuk dengan pekerjaannya, membantu pekerjaan rumah ibu setiap hari, mengurus administrasi pendaftaran kuliah adikku, dan sebagainya. Dari hal-hal kecil seperti itu secara tidak sadar aku telah menabung pahala,”. 

Intinya, setiap perjalanan manusia memang berbeda. Bukan berarti sukses adalah mereka yang sudah memiliki jabatan dan status. Mereka boleh saja dianggap hebat oleh manusia, tetapi belum tentu di mata sang pencipta. Tuhan menuliskan perjalanan hidup yang sangat menarik untuk kita. Maka, Nikmatilah!

Beri usaha terbaik yang bisa Anda lakukan, lalu serahkan hasilnya pada Tuhan. Maka percayalah, ada buah manis yang kelak akan Anda nikmati.

Kisah inspirasi ini dikirim oleh: Anisa Fajrianti

Sering Pura-Pura Bahagia Tetapi Rasanya Hampa

Aku selalu belajar dari setiap kejadian yang hadir dalam hidupku. Dalam setiap langkahku maju ke depan, selalu terselip pelajaran penuh makna dari kejadian masa laluku. Satu langkah aku belajar dari rasa sakit pengkhianatan, satu langkah aku teringat pedihnya ditinggalkan orang yang kita sayang. Langkah demi langkah aku ayun dengan penuh rasa mantap dan percaya diri. Aku sekarang di sini telah melalui banyak cobaan dan perjalanan dari rasa sakit dan ujian kesabaran, serta keikhlasan dalam menerima setiap rasa sakit dan kepedihan dari kehilangan rasa kebahagiaan.

Bila menengok ke belakang yang ada adalah ingatan akan kepedihan. Terkadang hatiku pun sedikit menjadi keras dan kepalaku sedikit membantu. Orang mengatakan aku angkuh, sombong. Padahal semua kulakukan hanya untuk menjaga diri dan hatiku agar tak lagi tersakiti. Aku sendiri bergulat dengan kehidupan demi mendapat kebahagiaan, dan menciptakan kebahagiaan itu sendiri. Jika bukan aku lantas siapa lagi yang akan menjaga hatiku? Siapa lagi yang peduli dengan kebahagiaanku?

Dengan semua rasa sakit yang aku peroleh sepanjang perjalanan hidupku, aku menjadi wanita yang kuat, angkuh dan keras. Sifat ini terus aku pertahankan untuk menjaga kebahagiaan hidupku. Namun, dari tahun ke tahun yang aku peroleh hanyalah kehampaan dan rasa sakit, karena aku seperti membohongi diriku sendiri. Aku seperti bersandiwara dengan hidupku sendiri.

Ya, aku memang dapat bertahan dalam kerasnya hidupku. Ya, aku memang dapat tetap hidup dan tertawa, tapi tanpa aku sadari aku terus menumpuk rasa sakit. Rasa sakit dari kekecewaan dan kehampaan yang aku sembunyikan lewat rasa benci, dendam yang aku balut dengan senyum dan tawa kepalsuan. Apa aku bahagia? Tidak.

Aku semakin sombong dan angkuh. Bahkan aku hampir saja melupakan Tuhan. Benar kata orang ikhlas dan memaafkan memang mudah untuk diucapkan tetapi sulit untuk diterima oleh hati. Sekarang aku belajar untuk memaafkan dan menerima. Memaafkan orang-orang yang aku sayang yang telah melukaiku. Menerima semua airmata dan kepedihan ini sebagai pembelajaran ekstrakulikuler dalam hidup untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Terkadang tanpa sadar dengan membenci dan menyimpan dendam kita telah menjadi sama seperti orang-orang yang kita benci, seperti mereka yang telah menyakiti kita. Dan saat kusadari itu aku menjadi takut akan diriku sendiri. Seakan aku menjelma menjadi monster yang paling aku takuti. Ya Rabb.. ampuni aku.. Ya Allah yang maha pengasih ampuni aku, aku mohon perlindunganmu.

Saat aku bersujud saat aku meminta, saat aku merendah penuh permohonan dan ampunan justru saat itulah aku merasa begitu tenang dan pasrah. Aku merasa begitu kuat dan aman. Aku merasa tak ada lagi yang perlu aku khawatirkan.

Benar kata orang “Saat Allah memberi kita cobaan, Dia tidak meminta kita untuk memikirkan jalan keluarnya.Tapi cukup berdoa dan bersabar,”

Tulisan ini dikirim oleh: Agustina Fitrianingsih

SELAMAT DATANG

WELCOME TO MY NEW BLOG